Aplikasi Isotop Alam (18O, 2H dan 14C) untuk Studi Dinamika Air Tanah dan Hubungannya dengan Air Sungai di Daerah Bandung
DOI: http://dx.doi.org/10.55981/eksplorium.2013.2803
Abstract
Muka air tanah di Cekungan Bandung telah mengalami penurunan sejak tahun 1990 yakni sebesar 1-2 m di pusat cekungan sedangkan di daerah miring sebesar 15 m. Gejala penurunan air tanah ini dikhawatirkan terus mengalami penurunan seiring dengan pertambahan jumlah sumur dalam (> 40 m) dari 96 sumur pada tahun 1970 hingga saat ini diperkirakan lebih dari 4700 sumur. Oleh karena itu, penelitian hubungan antara air tanah dan air permukaan, penentuan daerah imbuh air tanah di Cekungan Bandung sangat penting dilakukan. Isotop alam stabil seperti 2H dan 18O; dan isotop alam radioaktif 14C dapat dimanfaatkan untuk keperluan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan 24 contoh air tanah-dalam, 28 contoh air tanah-dangkal dan air sungai (Citarum, Cikapundung, Cikeruh, dan Citarik). Berdasarkan hasil hubungan antara d18O dan d2H, sebagian besar air tanah-dangkal di sepanjang Sungai Citarum tidak berhubungan dengan air sungai akan tetapi ada tiga titik lokasi yang terindikasi percampuran yakni air tanah dekat Sungai Cikapundung, SP 9 (Desa Loteng Sumbersari) dan SP 8 (Desa Bojong Mas) yang berdekatan dengan Sungai Citarum. Hasil analisis isotop 14C menunjukkan bahwa air tanah-dalam tidak berhubungan dengan air tanah-dangkal dan air sungai. Garis kontur umur sama menunjukkan bahwa pola dinamika air tanah-dalam di Cekungan Bandung berasal dari daerah perbukitan di sebelah utara dan selatan menuju ke arah barat laut sehingga di kedua daerah tersebut disarankan sebagai zona konservasi. Kecepatan pergerakan air tanah-dalam berkisar antara 0,25–3 m/tahun.
Water table in the center of Bandung basin has been decreased around 1-2 m/year since 1990 whereas in the slope has been decreased at higher level of 15 m. Water level decreasing are going to increase continuously because of increasing number of deep wells (>40 m). In 1970, there were 96 deep wells which have been registered, but now number of deep wells is estimated of more than 4700. Therefore, a study of interrelationship between groundwater and surface water, and determination of recharge area for Bandung basin are crucial research to be conducted. Stable isotopes in nature such as 2H and 18O, and radioactive isotope of 14C can give important information about groundwater dynamic pattern. In this research, 24 deep groundwater samples, 28 shallow groundwater and river water samples (Citarum, Cikapundung, Cikeruh and Citarik rivers) and shallow groundwater along the rivers were collected. Results from plotting d18O and d2H showed that most of shallow groundwater did not relate to river water except three locations, they are Loteng Sumbersari and Bojong Mas groundwater near to Citarum river, and groundwater near to Cikapundung river. Isotope 14C analysis indicated that deep groundwater of Bandung basin did not show relationship either by shallow groundwater or river water. Its iso-age line contour determined that dynamic pattern of deep groundwater in Bandung basin comes from northern and southern hills to direction of north-west area such that both areas are suggested as conservation zone. Rate of deep groundwater movement predicted from iso-age contour is around 0.25 to 3 m/year.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright EKSPLORIUM: Buletin Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir (e-ISSN 2503-426x p-ISSN 0854-1418)
National Research and Innovation Agency (BRIN), KA. B.J. Habibie, Jl. M.H. Thamrin No.8, Jakarta, 10340, Indonesia.