APLIKASI TEKNOLOGI MESIN BERKAS ELEKTRON PADA PROSES PEWARNAAN BATIK KATUN DENGAN PEWARNA ALAMI MENGGUNAKAN METODE CURING

Wiwien Andriyanti(1), Darsono Darsono(2), Elin Nuraini(3), Lilin Indrayani(4), Mutiara Triwiswara(5),


(1) Centre for Accelerator Science and Technology - National Nuclear Energy Agency
(2) PSTA - BATAN
(3) PSTA - BATAN
(4) BBKB
(5) BBKB
Corresponding Author

Abstract


APLIKASI TEKNOLOGI MESIN BERKAS ELEKTRON PADA PROSES PEWARNAAN BATIK KATUN DENGAN PEWARNA ALAMI MENGGUNAKAN METODE CURING. Batik merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang sudah ada sejak dulu. Dalam proses pewarnaan batik dikenal zat warna sintetis (ZWS) dan zat warna alamI (ZWA). Keunggulan dari proses pewarnaan menggunakan ZWA dibanding dengan ZWS adalah sifatnya yang ramah lingkungan. Namun, pada proses pewarnaan batik menggunakan pewarna ZWA masih menimbulkan permasalahan lingkungan karena penggunaan zat kimia yang mengandung garam logam berat dalam proses fiksasi. Untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan proses fiksasi menggunakan iradiasi berkas elektron. Hasil penelitian menunjukkan proses fiksasi menggunakan iradiasi berkas elektron dapat digunakan sebagai alternatif dalam rangkaian proses pewarnaan batik. Hasil uji berstandar SNI dari ketahanan luntur warna terhadap sinar, pencucian dan gosokan menunjukkan nilai yang baik untuk greyscale dan staining scale (4 dan 4-5) pada kain batik katun dengan campuran pewarna tingi dan Polietilen Glikol (PEG) dengan waktu iradiasi 60 detik.


Keywords


batik, zat warna alam, fiksasi, berkas elektron

References


[1]. D. P. Rahayu, “Peta Politik Industri Batik Yogyakarta dan Dampaknya dalam Sistem Perburuhan Batik di Yogyakarta,” J. Kaji. Ruang Sos., vol. 3, no. 1, pp. 30–45, 2019, doi: 10.21776/ub.sosiologi.jkrsb.2019.003.1.03.

[2]. R. W. Tanjung, S. Suryaningsum, A. N. Maharani, and R. Hendri, “Batik Yogyakarta Dalam Era Revolusi Industri 4 . 0,” Pros. Semin. Nas. Ind. Kerajinan dan Batik, 2019.

[3]. Badan Standarisasi Nasional, “SNI 0239:2014 Batik - Pengertian dan istilah.” 2014.

[4]. T. Alemayehu and Z. Teklemariam, “Application of Natural Dyes on Textile : A Review,” Int. J. Res. -Granthaalayah I, vol. 2, no. 2, pp. 61–68, 2014.

[5]. T. Pujilestari, “Pengaruh Ekstraksi Zat Warna Alam dan Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur pada Kain Batik Katun,” Din. Kerajinan dan Batik, vol. 31, no. 1, pp. 1–9, 2014.

[6]. P. A. Handayani and I. Maulana, “Pewarna Alami Batik Dari Kulit Soga Tingi (Ceriops Tagal) Dengan Metode Ekstraksi,” J. Bahan Alam Terbarukan, vol. 2, no. 2, pp. 1–6, 2014, doi: 10.15294/jbat.v2i2.2793.

[7]. N. Rungruangkitkrai and M. Rattanaphol, “Eco-Friendly of Textiles Dyeing and Printing with Natural Dyes,” RMUTP Int. Conf. Text. Fash., no. July 3-4, Bangkok Thailand, 2012.

[8]. A. K. Haqiqi, M. P. Aji, and A. Yuliyanto, “Ekstraksi Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Sebagai Zat Pewarna Alami Pada Kain Batik,” Indones. J. Nat. Sci. Educ., vol. 1, no. 1, pp. 13–17, 2018, doi: 10.31002/nse.v1i1.204.

[9]. R. Kant, “Textile dyeing and printing industry: An environmental hazard,” Nat. Sci., vol. 4, no. 1, pp. 22–26, 2012.

[10]. Yernisa, E. Gumbira-Sa’id, and K. Syamsu, “Aplikasi Pewarna Bubuk Alami dari Ekstrak Biji Pinang (Areca Catechu L.) pada Pewarnaan Sabun Transparan,” J. Teknol. Ind. Pertan., vol. 23, no. 3, pp. 190–198, 2013.

[11]. R. Amalia and I. Akhtamimi, “Studi Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Zat Fiksasi Terhadap Kualitas Warna Kain Batik dengan Pewarna Alam Limbah Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum),” Din. Kerajinan dan Batik Maj. Ilm., vol. 33, no. 2, pp. 85–92, 2016, doi: 10.22322/dkb.v33i2.1474.

[12]. R. Pujiarti, D. P. Sari, Kasmudjo, and T. B. Widowati, “Kualitas Pewarnaan Batik yang Dihasilkan dari Perbedaan Konsentrasi dan Bahan Fiksasi Bahan Pewarna Daun Mangga Arum Manis (Mangifera Indica LINN),” in Prosiding Seminar Nasional MAPEKI XII, 2009, pp. 932–940.

[13]. I. Rangwalla, “Development in Low Voltage EB Curing For High Product Throughput Applications,” Radtech Conf., no. 3, pp. 35–39, 2014.

[14]. Badan Standarisasi Nasional, “Tekstil – Cara uji tahan luntur warna – Bagian C06 : Tahan luntur warna terhadap pencucian rumah tangga dan komersial,” 2010.

[15]. Badan Standarisasi Nasional, “Tekstil - Cara uji tahan luntur - Bagian B01: Tahan luntur warna terhadap sinar: Sinar terang hari.” 2010.

[16]. Badan Standarisasi Nasional, “SNI ISO 105-X12:2012 Tekstil - Cara uji tahan luntur - Bagian X12: Tahan luntur warna terhadap gosokan.” 2012.

[17]. W. N. Azizah, “Pengaruh Jenis Zat Fiksasi Terhadap Kualitas Pewarnaan Kain Mori Primissima Dengan Zat Warna Euphorbia,” Tugas Akhir, Progr. Stud. Pendidik. Tek. Busana FT UNY, vol., no., 2018, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

[18]. T. Rohmawati and A. Kusumastuti, “Potensi Gulma Babandotan (Ageratum Conyzoides L.) sebagai Pewarna Alam Kain Katun Primissima Menggunakan Mordan Jeruk Nipis, Tawas, Kapur Tohor, dan Tunjung,” TEKNOBUGA J. Teknol. Busana dan Boga, vol. 7, no. 2, pp. 133–138, 2019.

[19]. D. Suheryanto and T. Haryanto, “Pengaruh Konsentrasi Tawas Terhadap Ketuaan dan Ketahanan Luntur Warna pada Pencelupan Kain Sutera dengan Zat Warna Gambir,” Din. Kerajinan dan Batik, vol. 25, pp. 9–16, 2008.

[20]. Failisnur and Sofyan, “Sifat Tahan Luntur dan Intensitas Warna Kain Sutera dengan Pewarna Alam Gambir (Uncaria gambir Roxb) Pada Kondisi Pencelupan dan Jenis Fiksator yang Berbeda,” J. Litbang Ind., vol. 4, no. 1, pp. 1–8, 2014.

[21]. H. F. Mansour and S. Heffernan, “Environmental aspects on dyeing silk fabric with sticta coronata lichen using ultrasonic energy and mild mordants,” Clean Technol. Environ. Policy, vol. 13, no. 1, pp. 207–213, 2011, doi: 10.1007/s10098-010-0296-2.

[22]. M. N. Micheal, F. M. Tera, and S. F. Ibrahim, “Effect of chemical modification of cotton fabrics on dyeing properties,” J. Appl. Polym. Sci., vol. 85, no. 9, pp. 1897–1903, 2002, doi: 10.1002/app.10740.

[23]. I. A. Amerudin, “Kualitas Warna pada Kain Batik dari Beberapa Daun dengan Variasi Larutan Fiksasi,” Publ. Ilm. Jur. Biol. Fak. Kegur. dan Ilmu Pendidik., 2018, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

[24]. Badan Standarisasi Nasional, “SNI 8303:2016 Batik cap – Kain – Ciri, syarat mutu dan metode uji,” 2016.

[25]. F. Failisnur and S. Sofyan, “Pengaruh Suhu dan Lama Pencelupan Benang Katun pada Pewarnaan Alami dengan Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb),” J. Litbang Ind., vol. 6, no. 1, p. 25, 2016, doi: 10.24960/jli.v6i1.716.25-37.

[26]. T. Pujilestari, “Optimasi Pencelupan Kain Batik Katun dengan Pewarna Alam Tingi (Ceriops tagal) dan Indigofera Sp,” Din. Kerajinan dan Batik Maj. Ilm., vol. 34, no. 1, pp. 53–62, 2017, doi: 10.22322/dkb.v34i1.2606.


Full Text: PDF (Bahasa Indonesia)

DOI: 10.17146/gnd.2020.23.1.5860

Copyright (c) 2020 GANENDRA Majalah IPTEK Nuklir

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.