Studi Keberadaan Mineralisasi Uranium Di Daerah Biak Numfor, Provinsi Papua Barat

Suharji Suharji, Lilik Subiantoro, Heri Syaeful, Kurnia Setiawan Widana, Hery Prabowo

DOI: http://dx.doi.org/10.55981/eksplorium.2014.2757

Abstract


Penelitian ini dilakukan berdasarkan adanya temuan indikasi mineral radioaktif berupa anomali laju dosis radiasi bernilai relatif tinggi. Hipotesis yang mendasari keberadaan laju dosis radiasi tinggi adalah pengendapan uranium yang berasal dari batuan basal Formasi Auwea, pengkayaan uranium yang berasal dari batugamping pada tanah permukaan, dan pengendapan uranium yang berasal dari penggunaan pupuk pertanian. Penelitian yang  dilakukan bertujuan untuk mendapatkan kesimpulan dari beberapa hipotesis tersebut. Metode penelitian yang diterapkan adalah pemetaan geologi, pengukuran radiometri, kadar uranium (U), thorium (Th), dan potassium (K) di lapangan dengan menggunakan RS 125 untuk mengetahui kadar unsur secara insitu, pengukuran radiometri pupuk tanaman, pengambilan contoh, dan analisis kadar unsur di laboratorium. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi data survei diketahui bahwa di daerah sekitar Maryendi, Darmapis, dan Denafi, terindikasi adanya zona anomali uranium (U) yang dicirikan oleh keberadaan tanah berwarna coklat tua – coklat kemerahan, dengan nilai dosis radiasi 1,9 sampai 4.032,3 nSv/jam dan kadar uranium (U) berkisar antara 20,27 – 325 ppm eU. Berdasarkan hasil analisis batuan sumber uranium, disimpulkan batugamping merupakan batuan sumber uranium di lokasi penelitian. Hasil pengamatan lapangan terhadap pupuk dan batuan basal Formasi Auwea tidak ditemukan anomali yang dapat mengindikasikan material/batuan tersebut bertindak sebagai sumber uranium.

 

This study was conducted based on the findings of radioactive minerals in the form of indication of relatively high radiation dose rate anomalies. The hypothesis underlying the existence of a high radiation dose rate is the deposition of uranium derived from basalt rock Auwea Formation, uranium enrichment derived from limestone to the soil surface, and the deposition of uranium resulted from the use of fertilizers in agriculture. Therefore the research aimed to obtain the conclusion of its hypotheses. Research methodology applied is geological mapping, radiometric measurement of uranium (U), thorium (Th), and potassium(K) in the field using RS 125 to determine in-situ grade of elements, radiometric measurements of plant fertilizer, sampling, and laboratory analysis of the element grade. Based on the analysis and evaluation of survey data it is known that in the area around Maryendi, Darmapis and Denafi, indicate the presence of anomalous zones which is characterized by the presence of uranium (U) dark brown soil – reddish brown, with the value of the radiation dose of 1.9 to 4,032.3 nSv/h and grade of uranium (U)has 20.27 to 325 ppm eU. Based on the analysis of source rock of uranium, it is concluded that limestone is the source rock of uranium in research area. The results of field observations of the fertilizer and basalt rock of Auwea Formation, it is found that no anomalies may indicate material/rock that acts as the source of uranium.



Keywords


anomali; radioaktivitas; uranium; Biak; Papua

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Google Scholar Logo SINTA Logo Logo GARUDA


Copyright EKSPLORIUM: Buletin Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir (e-ISSN 2503-426x p-ISSN 0854-1418)

National Research and Innovation Agency (BRIN), KA. B.J. Habibie, Jl. M.H. Thamrin No.8, Jakarta, 10340, Indonesia.