PENENTUAN DAYA SERAP DAN KARAKTERISASI PARAFIN DALAM PERLAKUAN PENJERAPAN MINYAK JELANTAH.
(1) 
(2) 
(3) 
(4) 
Corresponding Author
Abstract
PENENTUAN DAYA SERAP DAN KARAKTERISASI PARAFIN DALAM PERLAKUAN PENJERAPAN MINYAK JELANTAH. Kerusakan minyak karena penggorengan berulang selain menyebabkan penurunan mutu dan nilai gizi minyak dan makanan gorengan,juga dapat membahayakan kesehatan. Berbagai gejala keracunan dan karsinogenik dijumpai pada hewan percobaaan yang diberi makan minyak yang rusak karena pemanasan. Mengingat hal tersebut di atas, pada penelitian ini beberapa bahan seperti lilin dan parafin dicoba digunakan untuk menjerap minyakjelantah menjadi bentuk padat. Dalam bentuk padat, minyak dapat dengan mudah dibuang. Minyak jelantah dipanaskan, setelah itu sebanyak 2 g sampel (standar, lilin, dan parafin) dimasukkan sambil terus diaduk lalu dibiarkan sampai dingin dan mengeras. Proses di atas masing- masing dilakukan triplo. Karakterisasi spektroskopi infra merah, difraksi sinar—X serta differential scanning calorimetry dilakukan pada standar dan sampel sebelum dan sesudah perlakuan pada kondisi optimum. Berdasarkan hasil penentuan daya serap, keduajenis lilin yang digunakan tidak mampu menjerap minyak, sedangkan parafin mampu menjerap dengan nisbah 2 g untuk 40 mL minyakjelantah. Nisbah tersebut masih di bawah kemampuan standar yang menjerap 66,67 mL minyakjelantah dengan 2 g standar. Kurangnya kemampuan parafin ini disebabkan adanya perbedaan sifat fisik dari kedua bahan tersebut yang lebih lanjut dijelaskan dari hasil analisis FT-lR, XRD dan DSC. Dari hasil analisis FT-IR, standar terdiri atas gugus hidrokarbon jenuh (alkana) sedangkan parafin merupakan gugus hidrokarbon tidak jenuh (alkena). Spektrum FT-IR setelah perlakuan menunjukkan perubahan, di mana gugus O-H dan ester terbentuk sebagai ciri telah terjadinya penjerapan. Hasil analisis differential scanning calorimetry menunjukkan bahwa standar memiliki titik lebur 75,3°C sedangkan parafin 54,17°C. Untuk analisis difraksi sinar-X menunjukkan bahwa standar dan parafin sebelum perlakuan berbentuk kristalin sedangkan setelah perlakuan berbentuk amorf.
Keywords
Minyakjelantah, parafin, lilin
DOI: 10.17146/jsmi.2004.5.3.5124