PEMANFAATAN COCODIESEL BERBAHAN BAKU KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR MESIN DIESEL STATIONER
(1) Balai Besar Kimia dan Kemasan-Kementerian Perindustrian Jl . Balai Kimia 1, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur
(2) Balai Besar Kimia dan Kemasan-Kementerian Perindustrian Jl . Balai Kimia 1, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur
Corresponding Author
Abstract
PEMANFAATAN COCODIESEL BERBAHAN BAKU KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKAR MESIN DIESEL STATIONER. Bahan baku minyak nabati penghasil biodiesel sangat potensial dan melimpah di Indonesia dalam segi jumlah maupun jenisnya, salah satunya adalah kelapa. Minyak nabati saat ini sedang menjadi pusat perhatian pemerintah dan masyarakat karena mempunyai kandungan minyak yang tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel yang ramah lingkungan. Dalam pemanfaatannya agar layak digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, minyak nabati harus diubah menjadi senyawa ester. karena senyawa ester tersebut memiliki kemiripan sifat fisika dengan minyak disel mineral (seperti solar). Pada tulisan ini akan diuraikan uji ketahan mesin menggunakan senyawa ester yang berasal dari minyak kelapa (cocodiesel atau coco methyl ester) yang berlangsung selama 100 jam. Mesin diesel yang digunakan adalah Mitsubishi silinder tunggal dengan daya 27 HP. Mesin dihubungkan dengan generator listrik yang dibebani dengan pemanas (heater). Variabel waktu operasi adalah 0 jam, 50 jam dan 100 jam, dengan parameter yang diuji meliputi konsumsi bahan bakar, output daya generator, opasitas, suhu gas buang dan kondisi pelumas dipantau selama pengujian . Setelah mencapai 100 jam, mesin dibongkar untuk diperiksa keausan/kerusakan komponen mesin dan deposit menggunakan metode metrology-rating. Konsumsi bahan bakar cocodiesel spesifik terendah dicapai pada waktu mesin beroperasi 100 jam dan pada beban 10kW(0,417 kg/kw.jam) dan tertinggi dicapai ketika mesin beroperasi 0 jam (awal) dengan beban 3 kW(1,029 kg/kW.jam). Opasitas (kepekatan asap) yang tertinggi adalah 13,2 % (0 jam pada beban 10 kW) dan terendah adalah 1,3 % (100 jam pada beban 3 kW). Kondisi pelumas mesin menunjukkan bahwa pada saat 50 jam operasi kekentalan pelumas telah menurun tajam dan mencapai batas minimalnya (12 cSt), kemudian kekentalan mencapai kestabilan hingga mesin beroperasi pada 100 jam. Penurunan ini disebakan oleh kelarutan cocodiesel sebanyak 3,5 % pada 50 jam dan 6 % pada 100 jam operasi. Deposit dan sludge yang terbentuk pada ruang bakar dan valve relatif sedikit setelah mesin beroperasi 100 jam. Keausan komponen piston, ring liner dan valve yang terlihat secara visual hampir tidak ada. Fungsi nosel dalam penyemprotan bahan bakar juga masih relatif normal (tidak ada kebocoran, kualitas atomisasi masih bagus dan deposit sedikit).
Keywords
Cocodiesel, Uji ketahanan, Konsumsi bahan bakar spesifik, Opasitas, Viskositas
DOI: 10.17146/jsmi.2013.14.2.4433