PENGARUH IRADIASI GAMMA PADA AKTIVITAS SITOTOKSIK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.)

Ermin K. Winarno K Winarno, Mazda ., Hindra Rahmawati, Hendig Winarno

DOI: http://dx.doi.org/10.17146/jstni.2010.11.2.398

Abstract


Iradiasi gamma telah digunakanoleh industri obat herbal untuk pengawetan simplisia tanaman obat, tetapi pengaruh iradiasiterhadap khasiatnya belum diteliti. Tujuan penelitian adalah memperoleh dosis iradiasi optimaluntuk pengawetan simplisia daging buah mahkota dewa tanpa merusak khasiatnya. Telahdilakukan iradiasi gamma terhadap simplisia daging buah kering mahkota dewa pada variasidosis 0; 5; 7,5 ; 10; 15; 20 kGy. Cemaran mikroba diuji dengan metode yang mengacu padaSNI, yang menunjukkan bahwa dosis 5 kGy telah dapat membunuh seluruh mikroba. Masingmasingsampel dimaserasi dengan etanol, lalu ekstrak yang diperoleh difraksinasi dengankromatografi kolom, diperoleh 8 fraksi. Uji sitotoksisitas fraksi-fraksi terhadap sel leukemiaL1210 menunjukkan bahwa Fr.3 merupakan fraksi paling sitotoksik. Untuk menentukan dosisiradiasi optimal dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh semua bakteri dankapang/khamir pada simplisia daging buah mahkota dewa tanpa menurunkan aktivitassitotoksik, dilakukan analisis kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi cair kinerja tinggi(KCKT) terhadap Fr.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi dengan dosis > 5 kGy padasimplisia daging buah mahkota dewa dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh semuabakteri serta kapang khamir yang ada tanpa menurunkan aktivitas sitotoksik ekstrak etanolsecara nyata terhadap sel leukemia L1210. Penurunan aktivitas sitotoksik ekstrak etanolterhadap sel leukemia L1210 secara nyata terjadi setelah iradiasi pada dosis > 10 kGy. Padadosis 10 kGy, aktivitas sitotoksik sudah terlihat menurun meskipun belum melampaui batassuatu fraksi dinyatakan tidak aktif dan hasil analisis profil kromatogram KLT menunjukkanbahwa Fr. 3 sedikitnya mengandung 10 komponen. Iradiasi sampai dengan dosis 20 kGymengakibatkan intensitas salah satu puncak mayor menurun, dan penurunannya sebandingdengan besarnya dosis. Dosis 5 sampai 10 kGy merupakan dosis optimum untuk tujuanpengawetan tanpa merusak aktivitas sitotoksiknya.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2013 Ermin K. Winarno K Winarno, Mazda ., Hindra Rahmawati, Hendig Winarno

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

 

JSTNI index in: