PENGENALAN TEKNIK FISH UNTUK DETEKSI ABERASI KROMOSOM TRANSLOKASI AKIBAT RADIASI PENGION
Sari
Perkembangan teknologi nuklir telah menjadi salah satu penopang pembangunan. Oleh karena itu aplikasi teknologi nuklir dalam segala bidang seperti energi listrik, industri, makanan dan pertanian, kesehatan, perlindungan lingkungan dan lain sebagainya merupakan topik yang sedang hangat dibicarakan. Di Jepang misalnya, sumbangan ekonomi total dari aplikasi teknik nuklir non-energi adalah kurang lebih 45% dari 150 milyar dolar US pada tahun 2000 lalu. Sedangkan di bidang pembangkit listrik, sebagai salah satu contoh, bahwa satu dari tiga lampu di Jepang berasal dari sumber energi nuklir. Di tingkat dunia, energi nuklir pun secara nyata ikut berperan dalam penyediaan listrik sebesar 25% di 17 negara penggunanya [1]. Pertumbuhan ekonomi terus bertambah di negara-negara sedang berkembang, terutama negara dengan jumlah penduduk sangat besar seperti Indonesia, yang akan terus bertambah kebutuhan ekonomi perkapitanya, juga biaya konsumsi untuk hidup yang lebih baik. Disamping besarnya pemanfaatan teknologi nuklir untuk kesejahteraan manusia, segi keselamatannya pun harus diperhitungkan, bahkan selalu diutamakan sehingga perlu suatu tindakan pemantauan agar dosis radiasi yang diterima seseorang karena pekerjaannya atau tindakan medik untuk diagnosis atau terapi tidak melebihi batas yang diijinkan. Selama proses penggunaan secara normal maupun saat terjadi kecelakaan radiasi pengion maka tubuh dapat menerima sejumlah tertentu dosis radiasi. Indikator biologik akibat pajanan radiasi pada tubuh meliputi kerusakan yang terjadi pada sistem hematopoetik, sel germinal atau sel dalam sistem imunitas, cairan tubuh, komponen biologik membran sel dan karakteristik genetik atau sitologik. Di samping itu terdapat gejala lain seperti epilasi, edema, eritema, dan absces. Perubahan sitogenetik merupakan indikator yang dapat diandalkan yang dapat dikaji menggunakan sel limfosit darah tepi. Penghitungan aberasi kromosom pada sel limfosit merupakan suatu metode yang sangat sensitif untuk digunakan sebagai dosimeter biologi. Aberasi kromosom yang diinduksi oleh radiasi pengion pada sel limfosit dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu aberasi tidak stabil (kromosom disentrik, fragmen asentrik dan kromosom cincin sentrik), dan aberasi stabil (translokasi dan inversi). Kromosom disentrik diyakini sebagai indikator kerusakan yang paling dapat diandalkan di antara aberasi tidak stabil dan digunakan sebagai dosimeter biologi pada individu yang terpajan secara akut dalam kasus kecelakaan radiasi yang pemeriksaannya harus dilakukan sesegera mungkin [2].
Teks Lengkap:
PDFRefbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.