INTERAKSI RADIOCESIUM DENGAN BENTONIT DAN KAOLIN BERASAL DARI BELITUNG DAN SUMATRA BARAT

Elfira Maya Sari, Budi Setiawan, Safni Safni

Sari


INTERAKSI RADIOCESIUM DENGAN BENTONIT DAN KAOLIN BERASAL DARI BELITUNG DAN SUMATRA BARAT. Untuk mengantisipasi masalah keselamatan terhadap lingkungan hidup dan masyarakat terhadap adanya rencana introduksi pembangkit listrik tenaga nuklir di Kepulauan Bangka-Belitung perlu diadakannya suatu penelitian tentang keselamatan fasilitas disposal limbah radioaktif. Salah satunya adalah diperoleh data sifat bahan buffer (penyangga) yang ada disekitar di kepulauan Bangka – Belitung dan sekitarnya yang cocok untuk fasilitas disposal limbah radioaktif guna menghambat kemungkinan adanya migrasi kontaminan radioaktif dari fasilitas disposal ke lingkungan seperti batuan bentonit dan kaolinit dari Belitung dan Sumatera Barat. Sifatnya yang kedap air diharapkan dapat berperan sebagai pengontrol laju air tanah, ditambah dengan kemampuannya menyerap radionuklida di air tanah diharapkan pula mampu menghambat migrasi radionuklida ke lingkungan. Radiocesium digunakan karena sebagai representasi radionuklida yang dominan pada inventori paket limbah radioaktif aktivitas rendah-sedang. Data interaksi atau karakter sorpsi radiocesium oleh kaolinit dan bentonit sebagai fungsi waktu, konsentrasi CsCl, kekuatan ion larutan dan pengaruh konsentrasi CsCl di larutan diperoleh secara percobaan batch/catu di laboratorium. Data potensi sorpsi radionuklida pada mineral lokal asli Indonesia sampai saat ini masih sangat minim, untuk alasan itulah maka interaksi mineral alam lokal bentonit dan kaolinit dari Pulau Bangka-Belitung dan Sumatera Barat perlu untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data keandalan mineral alam Indonesia umumnya dan Kepulauan Bangka – Belitung dan Sumatera Barat khususnya apabila bahan-bahan tersebut nantinya digunakan sebagai bahan buffer pada sistem disposal limbah radioaktif. Hasil yang diperoleh adalah kondisi kesetimbangan pada pengontakan Cs-137 dengan sampel kaolin dan bentonit dicapai pada sekitar hari ke 5-6 dan ke 17-18, dengan nilai Kd 1000-1500 mL/g dan 1600- 3600 mL/g masing-masing untuk kaolin dan bentonit. Kondisi kesetimbangan baru dari proses desorpsi diperoleh setelah sekitar 6-7 hari pengocokan dengan nilai Kd 300-1000 mL/g dan 800- 1400 mL/g masing-masing untuk sampel kaolin dan bentonit. Meningkatnya konsentrasi NaCl di larutan telah menyebabkan penurunan nilai Kd radiocesium ke sampel karena adanya kompetisi antara ion Cs dengan ion Na berinteraksi dengan sampel. Koefisien distribusi dari Cs-137 telah berkurang dengan meningkatnya konsentrasi awal CsCl di larutan, karena kapasitas sorpsi CsCl yang terbatas di sampel. Kata kunci: Cs-137, bentonit, kaolin, sorpsi INTERACTION OF RADIOCESIUM WITH BENTONITE AND KAOLINITE FROM BELITUNG AND WEST SUMATRA. To anticipate environment and public safety problem to introduction of nuclear power plant plan in Bangka-Belitung Archipelago was needed a safety assessment on radwaste disposal facility. One of the experiments is to obtain the buffer material properties data located around Bangka - Belitung Island and surrounding such as bentonite and kaolinite rocks from Belitung and West Sumatra which is suitable for radioactive waste disposal facility was required in order to retard the possibility of radioactive contaminants migration into environment from the disposal facilities. Impermeable properties of materials can act as a ground water rate controller, added with their ability to absorb radionuclides in groundwater is also expected to be a barrier material to radionuclide migration into environment. Radiocesium was used as a representation of the dominant radionuclides in low-medium activity of radioactive waste package inventory. Elfira Maya Sari, Budi Setiawan, Safni: Interaksi Radiocesium dengan Bentonit dan Kaolin Berasal dari Belitung dan Sumatra Barat

Teks Lengkap:

PDF

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.