Interpretasi Struktur Geologi Berdasarkan Fault Fracture Density (FFD) dan Implikasinya Terhadap Potensi Likuefaksi di Daerah Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah

Huzaely Latief Sunan, Akhmad Khahlil Gibran, Maulana Rizki Aditama, Sachrul Iswahyudi, Fajar Rizki Widiatmoko, Asmoro Widagdo, FX Anjar Tri Laksono

DOI: http://dx.doi.org/10.55981/eksplorium.2021.6129

Abstract


ABSTRAK Keberadaan struktur geologi sering dikaitkan dengan bencana tanah longsor dan gempa bumi. Daerah Kalibening merupakan lokasi yang cukup menarik untuk dilakukan penelitian terkait hal tersebut. Daerah ini tersusun atas satuan batuan berumur Pleistosen dan Resen. Berdasarkan stratigrafinya, batuan tersebut terpotong oleh struktur sesar. Hal ini berarti menjadikan sesar di daerah tersebut termasuk dalam kategori sesar aktif. Morfologi yang tinggi dengan suatu cekungan di tengahnya mengindikasikan bahwa daerah tersebut pembentukannya dipengaruhi oleh sesar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola struktur geologi yang mengontrol daerah penelitian. Untuk menentukan pola struktur geologi, digunakan metode pemetaan struktur Fault Fracture Density (FFD) yang dikombinasikan dengan peta residual anomali Bouguer dan peta kelurusan hillshade. Secara umum, hal yang paling penting dalam mempelajari struktur geologi adalah geometri elemen struktur. Model konseptual struktur geologi selanjutnya digunakan untuk menganalisis potensi likuefaksi yang ada pada daerah penelitian. Interpretasi struktur menunjukkan adanya sesar mendatar dekstral yang diikuti sesar-sesar penyerta dan cekungan pull-apart yang diduga merupakan hasil pensesaran normal yang timbul dari mekanisme strike-slip. Sesar mendatar dekstral ini menghasilkan cekungan yang terisi oleh sedimen lepas yang rentan mengalami likuefaksi jika terjadi gempa bumi dan gerakan tanah. Kajian ini menyimpulkan bahwa daerah Kalibening rentan terjadi likuefaksi karena adanya pergerakan sesar mendatar dekstral, sedimen lepas yang mendominasi daerah penelitian, dan muka air tanah yang dangkal.

 

ABSTRACT The existence of geological structures is often associated with landslides and earthquakes. The Kalibening area is an interesting location for research on that purpose. This area is composed of Pleistocene and Recent rocks units. Based on its stratigraphy, the rocks in the area are truncated by fault structure. It means that the fault in the area is categorized as an active fault. The high morphology and a basin existence on its center indicate that the area formation was controlled by faults. The research is carried out to determine the trend of the geological structures that control the study area. To determine the trend of the geological structure, a structural mapping method of Fault Fracture Density (FFD) map combined with the Bouguer anomaly residual map and hillshade lineaments map is used. In general, the most important thing in the study of structural geology is the geometry of the structural elements. The conceptual model of geological structures is subsequently used to analyze the liquefaction potential of the study area. The interpretation of the structures shows the existence of dextral strike-slip fault followed by companion faults and pull-apart basin that is inferred as the result of normal faulting in the strike-slip mechanism. The dextral strike-slip fault produces a basin filled with loose sediment that is prone to liquefaction in the event of an earthquake and ground motion. This study concludes that the Kalibening area is prone to liquefaction due to the existence of the movement of dextral strike-slip fault, loose sediments that dominate the study area, and shallow groundwater table.

Keywords


Banjarnegara; Kalibening; struktur; likuefaksi

References


[1] F. A. Tri Laksono, M. R. Aditama, R. Setijadi, dan G. Ramadhan, “Run-up Height and Flow Depth Simulation of the 2006 South Java Tsunami Using COMCOT on Widarapayung Beach,” 2020, doi: 10.1088/1757-899X/982/1/012047.

[2] F. A. T. Laksono, G. Ramadhan, R. W. Nurmajid, L. A. G. Paramita, dan L. L.-Y. Tsai, “Analisis Zona Resapan dan Keluaran Air Tanah di Desa Kutayu, Kabupaten Brebes,” Din. Rekayasa, vol. 16, no. 2, hal. 97–104, 2020, doi: 10.20884/1.dr.2020.16.2.321.

[3] H. B. Seed dan I. M. Idriss, “Simplified Procedure for Evaluating Soil Liquefaction Potential,” ASCE J Soil Mech Found Div, vol. 97, no. 9, 1971.

[4] M. E. Fauzan, A. Damayanti, dan R. Saraswati, “Wilayah Potensi Bencana Tanah Longsor dengan Metode SINMAP di Daerah Aliran Ci Manuk Hulu, Kabupaten Garut, Jawa Barat,” 2018.

[5] A. Widagdo, A. Candra, S. Iswahyudi, dan I. Abdullah, “Pengaruh Struktur Geologi Gunung Slamet Muda dan Tua Terhadap Pola Sebaran Panas Bumi,” 2013.

[6] S. Iswahyudi, I. P. Jati, dan R. Setijadi, “Studi Pendahuluan Geologi Telaga Tirta Marta, Purbalingga, Jawa Tengah,” Din. Rekayasa, vol. 14, no. 2, hal. 86–91, 2018.

[7] Oktoberiman, D. A. Ramadhan, F. R. Widiatmoko, dan R. T. Alya, “Identification of Geothermal Potential Based on Fault Fracture Density (FFD), Geological Mapping and Geochemical Analysis, Case Study : Bantarkawung, Brebes, Central Java,” in KnE Energy, 2015, hal. 141–151, doi: 10.18502/ken.v2i2.369.

[8] Z. Agista, P. Rachwibowo, dan Y. Aribowo, “Analisis Litologi dan Struktur Geologi Berdasarkan Citra Landsat pada Area Prospek Panasbumi Gunung Telomoyo dan Sekitarnya, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah,” Geol. Eng. E-Journal, vol. 6, no. 1, hal. 278–293, 2014.

[9] W. H. Condon, L. Pardyanto, K. B. Ketner, T. C. Amin, dan S. Gafoer, “Peta Geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan,” Bandung, Indonesia, 1996.

[10] Aswan, Y. Zaim, Y. Rizal, dan U. Prasetyo, “Molluscan Evidence for Slow Subsidence in the Bobotsari Basin During the Plio-Pleistocene, and Implications for Petroleum Maturity,” J. Math. Fundam. Sci., vol. 47, no. 2, hal. 185–204, 2015, doi: 10.5614/j.math.fund.sci.2015.47.2.6.

[11] A. N. Saerina, I. F. Romario, dan H. Nugroho, “Central Java Hydrocarbon Potential: North Serayu Petroleum System from Source to Trap Based on Geology, Geochemistry, and Geophysics Analysis,” 2016, doi: 10.2523/iptc-18654-ms.

[12] A. Pulunggono dan S. Martodjojo, “Perubahan Tektonik Paleogen - Neogen Merupakan Peristiwa Terpenting di Jawa,” in Proceedings Geologi dan geotektonik Pulau Jawa, 1994, hal. 253–274.

[13] S. K. McFeeters, “The Use of the Normalized Difference Water Index (NDWI) in the Delineation of Open Water Features,” Int. J. Remote Sens., vol. 17, no. 7, hal. 1425–1432, 1996, doi: 10.1080/01431169608948714.

[14] B. C. Gao, “NDWI - A Normalized Difference Water Index for Remote Sensing of Vegetation Liquid Water From Space,” Remote Sens. Environ., vol. 58, no. 3, hal. 257–266, 1996, doi: 10.1016/S0034-4257(96)00067-3.

[15] J. D. Moody dan M. J. Hill, “Moody and Hill System of Wrench Fault Tectonics: REPLY,” Am. Assoc. Pet. Geol. Bull., vol. 48, no. 1, hal. 112–122, 1964, doi: 10.1306/bc743bd1-16be-11d7-8645000102c1865d.

[16] T. Kurniawan, Y. H. Perdana, T. A. P. Setiadi, S. Rohadi, dan B. Sunardi, “Minimum Isoseismal Distribution Based On Macroseismic Interpolation For Earthquake Disaster Mitigation in Palu City,” JGISE J. Geospatial Inf. Sci. Eng., vol. 2, no. 1, hal. 121–131, 2019, doi: 10.22146/jgise.40763.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Google Scholar Logo SINTA Logo Logo GARUDA


Copyright EKSPLORIUM: Buletin Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir (e-ISSN 2503-426x p-ISSN 0854-1418)

National Research and Innovation Agency (BRIN), KA. B.J. Habibie, Jl. M.H. Thamrin No.8, Jakarta, 10340, Indonesia.